Oleh Arbai Kediri
SELAMA enam belas tahun mendedikasikan diri
sebagai pendidik, baru tahun ini menemui UN (Ujian Nasional) ditunda secara
masal di 11 propinsi (1,1 juta peserta). Satu kata untuk mengekspresikan
kondisi ini, SEMBRONO !. Jelas saja saya merasa gemas, geram, gondhok dan
jengkel.
Memang kelulusan siswa tidak semata-mata
didasarkan pada hasil UN (unsur yang jadi pertimbangan lain adalah nilai
raport, nilai ujian sekolah/madrasah dan nilai praktikum), tapi sebagai
gong-nya UN masih tetap menjadi prioritas pertimbangan kelulusan. Disini arti
penting kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta evaluasi UN.
Sehingga mestinya pelaksanaan UN dari tahun ke tahun dapat lebih baik. Masyarakat awam tidak perlu tahu
“ruwetnya” tender/lelang percetakan, repotnya membuat soal 20 paket, rumitnya
distribusi naskah soal dan lembar jawaban komputer serta tetek-bengek
kepengawasan dan kepanitian. Yang terpenting bagi masyarakat umum adalah ujian
berjalan lancar, syukur-syukur semua peserta UN lulus.
Beberapa media menyebutkan bahwa ditundanya
pelaksanaan UN SMA/MA/SMK adalah karena persoalan teknis percetakan dan
distribusi (yang seperti ini nih bakal jadi makanan empuk KPK). Justru
disinilah letak kesembronoannya. Bukankah ini sudah menjadi rutinitas tahunan,
sehingga lebih mudah mengantisipasi jadwal ?.
Anyway, ini poin minus untuk Pak Menteri. Siap-siap
saja dijewer Pak bos !
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar