Sabtu, 14 Maret 2015

BENDE MATARAM, "Jodha Akbar"-nya Indonesia

Demam Jodha Akbar dan Abad Kejayaan yang on di ANTV bikin "iri" hatiku. Sinetron asal India dan Turki yang satu ini memang bagus, tidak dipungkiri. Para pelakonnya cantik-cantik dan ganteng-ganteng plus alur cerita yang ciamik bikin ribuan atau jutaan pasang mata mampu bertahan hingga tengah malam. Syukurnya saya bukan penggemar buta, jadi kalau merasa ngantuk ya sudah TV-nya ditinggal.

Okelah kalau sebagian besar penduduk Indonesia memang suka Jodha, Mahabharata atau Sulaiman, no problemo. Namanya juga kesukaan, gak bisa dilarang atau dipaksa. Sama halnya kalau ada yang suka nonton bola atau main game, dibela-belain bangun kesiangan setelah begadang semalaman juga gak masalah. Nah, kalau ada yang membuat saya "iri" adalah, apakah tidak ada sinetron Indonesia yang begitu digilai dan mendunia macam si-Jodha. Benar, tahun 90-an ada sinetron silat yang cukup disuka macam Saur - Sepuh, Tutur Tinular, Misteri dari Gunung Merapi atau Angling Dharma. Bagus sih, tapi belum mendunia dan kayakya belum banyak yang cinta mati dengan para pelakonnya. Meski ada satu dua judul yang sempat tayang di Malaysia dan Singapura, namun secara umum orang-orang sinetron kita terkesan kurang minat untuk mendunia, males go international dan berpuas diri menjadi jago kandang.

Belakangan ini aku kembali penasaran dengan cerita silatnya Herman Pratikto, Bende Mataram. Googling, sekian menit, klik ... dan akhirnya ketemu blognya Saudara Nurudin. Di era 80-an Bende Mataram mengudara sebagai serial sandiwara radio macam Saur-Sepuh dan juga dimainkan oleh sanggar Prativi. Tokoh utamanya (lagi-lagi) disuarakan oleh Fery Fadli (Sangaji) dan Elly Ermawati (Titisari) serta didukung oleh Edy Dhosa (Sanjaya), Ana Sambayon (Sonny de Hoop) dan Maria Oentoe (ibunda Sangaji). Konon saat itu pendengar setia serial Bende Mataram terasa terhipnotis oleh olah vokal apik para sulih suaranya. Dengung bende menggelegar menciptakan suasana mistis padepokan Gunung Damar. Sejurus kemudian terdengar kesiur angin pertarungan anak-anak padepokan melawan Kebo Bangah dan pendekar-pendekar kelas wahid pendukung Pangeran Bumi Gede. Seterusnya terdengar hiruk-pikuk Himpunan Sangkuriang yang saat itu cerai berai berupaya menyatukan diri melawan pendekar wanita Edoh Permanasari sebagai penerus ilmu kesaktian Ratu Fatimah yang berkongsi dengan kompeni Belanda.

Ah....Hiburan unique era radio 80-an benar-benar sulit dilupakan.

Nah itu tadi, kalau boleh menghayal, aku menginginkan Serial Bende Mataram diangkat ke layar kaca untuk mengurangi dominasi tayangan bollywood. Rasanya Bende Mataram akan mampu menyuguhkan cerita fiksi yang apik dengan berlatar belakang sejarah Jawa Tengah dan Jawa Barat era kolonial Belanda. Kalau mau alur ceritanya bisa dipanjang-panjangin layaknya cerita yang punya rating tinggi, karakter tokoh-tokohnya amat menantang dan pastinya kisah cinta segitiga Sangaji-Titisari-Sonny de Hoop layak jual. Kalau aksi silatnya akan lebih bagus kalau spesifik lokal Jawa, bukan beladiri impor dari China seperti kebanyakan sinetron silat Indonesia selama ini. Tentang kostum juga demikian, tidak perlu repot-repot meniru kostum China atau Hindia bahkan. Pakaian jenis kemben Jawa kayaknya tidak kalah seksi kok, bagaimanapun juga segi ini menjadi bagian penting dari sisi marketing.

Selebihnya, aku berhayal lagi, di tengah-tengah tayangan Bende Mataram muncul iklan serial baru macam Api di Bukit Menoreh, Bidadari Pendekar Naga Sakti, Pangeran Jaya Kusuma, Senja Jatuh di Pajajaran atau Manggala Majapahit Gajah Kencana dan masih banyak cerita silat nusantara lainnya yang tak akan kalah dengan si-Jodha Akbar.

 Baca Juga :

KOLAM ikan hias Anda terlihat "garing" ? Atau ikan hias Anda perlu naungan ? Kalau iya, maka pemberian kayu apu patut dipertimbangkan.
(27 Februari 2015)

Bukan Fisika 30 (Escape Plan, duel meet dua jagoan kelas dunia)
Pada akhirnya Ray diselundupkan ke The Tomb untuk  menjebol fasilitas yang memiliki keamanan cukup tinggi. Disana ia bertemu dengan sesama narapidana bernama Emil Rottmayer (Arnold Schwarzenegger).

(20 Oktober 2013)

Tidak ada komentar: