Selasa, 28 Januari 2014

CERITA DARI FACEBOOK

28 Januari 2014
[Harga Pas]

SEMENTARA Parodi PPL dan Senyum Manyun rehat, ada sedikit cerita yang layak disimak. Kali ini tentang bapakku, Bapak Hasyim (95 th).
Bapak dikenal sebagai orang yang teguh pendirian. Tidak mudah kompromi. Tidak mudah menempuh jalan tengah. Dan ini berlaku untuk hampir semua urusan.
Di pekarangan belakang tumbuh rumpun bambu yang subur dan berbagai tanaman kayu lainnya. Bapak biasa menjualnya kepada pembeli yang datang. Catat, yang datang. Artinya bapak tidak perlu repot-repot memasarkan, pakai jasa SPG atau pasang iklan di toko bagus.com. hehehe.... Repotnya ini juga tergantung mood bapak. Mau jual apa tidak, tergantung bapak.
"Gak dijual, uangku masih banyak!", katanya menolak keinginan pembeli, tanpa bermaksud menyombongkan diri. Penolakan yang sama di kesempatan lain, dengan alasan mau dipakai anak-anaknya bertanam cabe atau kacang. Untuk ajir.
Nah kalo bapak terlihat berselera menjual, sebaiknya pembeli langsung menginformasikan harga pasar. Jangan sampai kedahuluan bapak pasang bandrol. Kalau sampai terjadi, jangan harap harga bisa turun. Tapi tidak perlu kawatir, ada trik khusus. Dan ini biasa kubisikkan ke telinga teman-temanku yang berniat "berbisnis" dengan bapak.
Bapak terbiasa mempertahankan harga barangnya, tapi tak berkutik ketika diminta imbuh/bonus.
Alm Bpk Jari (sebut nama gapapa, sepanjang tidak menjatuhkan harkat martabat bangsa hihi) ayah temanku Neni Hendriani di awal tahun 90-an membeli puluhan bambu untuk membuat kandang ayam. Harga sudah sepakat. Bpk Jari tidak perlu ngotot nawar harga, toh beliau dapat bonusan pucuk'an dan bongkotan.
Bpk Muhaimin, panitia pembangunan madrasah datang ke bapak. Membeli tiga buah glugu (batang kelapa). Bayar dengan harga standar! Tidak boleh kurang! Deal!
Tapi si panitia pulang dengan empat batang glugu. Yang sebatang, adalah bonus!
Nah kan!



27 Januari 2014 : 
[Kudeta]
 
 INI bukan Parodi PPL yang harus singkat, atau Senyum Manyun yg berilustrasi. Ini sedikit cerita tentang anakku si-sulung Ghulam yang duduk di kelas empat SD. Meski cerita singkat, tetap saja agak panjang. Jadi kalo keberatan, skip saja.
Ceritanya, hari ini, pagi tadi, si Ghulam menunaikan tugas pertamanya. Sebagai komandan upacara. Skenario awalnya tidak begitu, ia bertugas di kelompok paduan suara. Paling banter komandan pleton. Konon waktu latihan, suara komandannya kurang mencetar membahana. Lebih nyaring Suara Ghulam. Alhasil Ghulam menggeser posisi yg biasa diisi murid kelas lima atau enam. Katanya (saya sih meragukan kebenarannya) bahwa ia akan bertugas di posisi itu selama tiga tahun! Kelas empat sampai enam. Ha..? Terus berapa honornya! ? Hihi...
Masih tentang Ghulam. Saat ini dia menjadi ketua di kelasnya. Jabatan yang sama ia pegang mulai kelas dua. Suatu ketika Ghulam sakit. Ibunya melarangnya masuk sekolah. Ibunya yang akan menulis surat ijin tidak masuk ke gurunya. Si anak nitip iklan.
"Ma, tolong di bagian bawah surat ijin dikasih NB : jabatan ketua kelas harap tidak dilepas,"rengek si sulung.
"Iya...," jawab si ibu tanpa pikir panjang.
Surat ijin sudah selesai. Siap antar. Namun tiba-tiba tangan kecil Ghulam merebutnya dari tangan si ibu. Ia buka, ia baca, dan ia pun menangis, mewek tangisan bombay.
"Kenapa NB nya gak ditulis ?!," ujarnya dengan berurai air mata.
Kita, bapak dan ibunya, merasa aneh! Apa artinya NB yang dimaksud, dan seberapa penting untuk dicantumkan di surat ijin.
Usut punya usut, ada cerita lain yang melatar belakangi. Tiga tahun yang lalu Ghulam tidak menjabat apa-apa di kelasnya. Suatu hari ketua kelas tidak masuk karena sakit. Satu, dua, tiga hari tugas utama ketua kelas menyiapkan kelas dan memimpin doa diambil alih oleh Ghulam (modal utamanya suara mencetar, dan itu Ghulam banget). Tak dinyana, kejadian itu menjadi sebab utama Ghulam sukses "mengkudeta" si ketua kelas. Ketua kelas yang lama tergusur. Ghulam jadi ketua kelas terbaru. Nah, sepertinya ia tidak ingin kejadian terulang menimpanya. Tidak mau terkena hukum karma! Hahaha....
Sampai cerita ini ditulis, belum ada informasi hasil kerja Ghulam sebagai komandan upacara. Opsinya hanya dua. Sukses gemilang yang akan mengantarnya sebagai komandan selama tiga tahun. Atau, gagal total yang akan membuatnya mewek tangisan bombay persis kasus NB surat ijin tidak masuk. Bapak'e santai sajalah hahaha....

Tidak ada komentar: