Minggu, 15 Juli 2012

KAMPUNG INGGRIS DI PARE
Oleh : Arbai Kediri

Seorang kenalan dari ibu kota, dengan semangat membara datang ke Pare. Tujuan utamanya  belajar bahasa Inggris. Setelah mendaftarkan diri, dia melihat-lihat fasilitas dan sarana belajar. Alangkah terkejutnya, karena yang dia temui hanya ruang kelas "biasa" dengan meja-kursi "biasa". Bukan laboratorium bahasa yang canggih, bukan e-library dengan layanan IT, bukan hotspot area layaknya sistem pendidikan modern. Tidak ada itu semua ! Walhasil, si-temanpun kembali menenteng kopernya, kembali ke ibu kota. Tidak jadi belajar bahasa Inggris di Pare !

Seorang teman yang lain bertanya, kampung Inggris di Pare itu apa banyak bulenya. Dia membayangkan, kampung Inggris itu semacam Kuta-Bali yang di setiap jengkal tanah akan ditemui bule. Setidaknya seperti area Candi Borobudur yang teramat mudah menemukan bule. Bukan ! Bukan seperti itu.

Konon, tahun 70/80-an di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare ada seorang Kyai yang menguasai lebih dari 10 bahasa. Beliau dikenal dengan nama Mr.Yazid. Banyak pendatang yang khusus belajar bahasa kepada beliau. Satu diantaranya adalah Mr. Khalend (ini asli Indonesia-bukan bule).
Beliau - yang pernah belajar di Pondok Gontor - pada akhirnya mendirikan BEC (Basic English Course) yang akhirnya berkembang pesat. Di setiap musim pendaftaran, selalu saja ada pendaftar yang tidak tertampung. Kondisi ini memicu tumbuh-kembangnya lembaga kursus yang lain. Ada EECC (Efective English Comunication Course), HEC (Happy English Course), DEC (Dynamic English Course), Liberty, Mahesa dll. Muncul pula lembaga kursus bahasa Arab, Jepang dan Mandarin. Praktis di Desa Tulungrejo dan Desa Pelem penuh dengan puluhan lembaga kursus.

Papan nama lembaga kursus dan kain bentang/spanduk banyak dipasang di kanan-kiri jalan. Rumah-rumah kos pun memasang identitas, pakai nama Inggris tentu saja. Tidak ketinggalan, warung-warung, cafe, pertokoan juga ikut-ikutan "berlabel Inggris-ria". Mungkin inilah yang dimaksud. Dua kampung di Pare yang bernuansa Inggris !

Si-Fasihul Lisan berasal dari Jombang. Pagi hari belajar bahasa Inggris di lembaga kursus "A", siangnya di lembaga kursus "B", dan malamnya mengikuti study club. Kesemuanya mengandalkan kemampuan praktek berbicara. Praktis, dalam waktu 6 bulan Fasihul Lisan belajar bahasa Inggris pagi-siang-malam. Hasilnya, Fasihul Lisan pulang kampung dengan menenteng beberapa sertifikat Bahasa Inggris serta tidak canggung bercas-cis-cus di muka umum.

Sebentar, cas-cis-cusnya si-Fasihul Lisan tidak asal. Hampir semua lembaga kursus di Pare meletakkan pondasi "gramatically sentence" dalam bahasa tulis maupun bahasa percakapan. Berbicara dengan amat memperhatikan tata bahasa. Sebagai contoh mudahnya :

Hari pertama pertemuan, Miss Yuni selaku tutor kelas dasar menulis di papan tulis.
"The Simple Present Tense"
I go to market everyweek.
Kemudian Miss Yuni melafalkan - I go to market everyweek. Diikuti oleh satu-persatu siswa. Tidak ada seorangpun yang terlewatkan. Semuanya mempraktekkan - I go to market everyweek.
Kemudian subyeknya diganti You, We, They, He, She, It, Andrew, Stephanie.
Berikutnya bentuk kalimat diganti menjadi kalimat pertanyaan dan kalimat negatif.
Semuanya dipraktekkan secara lesan. Semua siswa terlibat aktif praktek dengan berpasangan.
Tuti : Do you speak English ?
Tini : Yes, I do.
Tuti : Do you speak Japanese ?
Tini : No, I don't.
Besoknya menginjak The Simple Past Tens. I turned on the radio. Did you help your mother in the kitchen last night ? My brother went to movie last Sunday.
Dan dalam waktu satu bulan,16 tenses khatam. Bukan sekedar dipelajari dalam bahasa tulis, tapi lebih banyak dipraktekkan dalam bahasa lesan.
Minggu dan bulan berikutnya mempelajari tentang kalimat pasif, kalimat tidak langsung, question tag, impersonal it, causative form dll. Full of gramatically sentence yang di-praktekkan secara lesan. Sehingga alumni lembaga kursus Pare, terlihat "santun" dalam berbicara karena tetap memegang teguh kaedah tata bahasa. Tapi lambat laun, merekapun akan semakin lentur dan fleksibel. Juga semakin eksis dan narsis !

Seorang kenalan dari Blitar, setamat SMA, dengan semangat membara datang ke Pare. Tujuan utamanya  belajar bahasa Inggris. Dengan tekun dia belajar bahasa Inggris di ruang kelas "biasa" dan dengan meja-kursi "biasa". Setengah tahun berlalu, diapun lulus. Seterusnya dia mengikuti SPMB dan diterima di Fakultas Kedoteran UB Malang. Sekarang, dia menjadi dokter yang lihai bercas-cis-cus. Jebolan kampung Inggris Pare !

Baca Juga :

Tidak ada komentar: