HARUSKAH ANAK KITA MENJADI JUARA ?
Oleh : Arbai Kediri
Semua orang tua pasti mengharapkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Di sebuah acara infotainment, ada seorang artis yang "menyekolahkan" anaknya yang nomor dua diusia 2 tahun ! Anaknya yang pertama "baru" sekolah diusia 4 tahun, dan katanya itu "sudah terlambat" ! Wow...saya jadi teringat anak tetangga saya yang terpaksa baru bisa masuk SD di kelas 1 saat berusia 8 tahun. Alasannya miris, tidak punya uang untuk biaya sekolah. Beda banget dengan si-artis di atas.
Berangkat kerja, di tengah perjalanan saya masih menyempatkan baca-baca kain bentang yang ada di atas jalan, sambil tetap hati-hati dan waspada tentunya. Yang menggelitik hati saya, ada iklan kegiatan tentang olimpiade anak TK dan PAUD ! Hehehe...pikiran iseng saya langsung berputar. Prediksi saya, acara akan berjalan ramai dan diserbu peserta. Bukan karena si-anak TK atau PAUD yang tertarik dan terpikat untuk berprestasi, tapi pasti ulah ganjen bapak-ibunya yang gila prestasi. So anakpun dieksploitasi. Tujuannya adalah anak-anaknya menang, pegang tropi kejuaraan (meskipun ada juga yang berkilah, melatih keberanian anak). Kalau sudah begitu yang bangga pasti orang tuanya.
Anak saya, kedua-duanya masuk TK di usia normal, disekolah "rakyat" dan jauh dari kategori unggul. Seusai TK, si-sulungpun masuk ke SD "biasa" berbaur dengan rakyat kebanyakan dengan fasilitas pendidikan sewajarnya SD. Ma'af, bukannya saya tidak ingin yang terbaik untuk anak-anak saya, dan bukan pula tidak mau keluar biaya untuk anak-anak saya. Tapi saya ingin anak-anak saya tumbuh wajar dengan fasilitas normal. Kalaupun saya harus mengeluarkan uang ekstra, saya lebih suka membantu teman-teman anak saya untuk membelikan mereka buku misalnya. Syukurlah si-ibu dan anak-anak saya memahami itu.
Yang perlu ditanyakan di hati kita masing-masing, apakah kita begitu terobsesi anak-anak kita untuk menjadi juara ? Mendapat rangking satu ? Menjadi the best of the best ? Kalau iya, terus kalau sampai tidak berhasil bagaimana ?
Bayangkan, dalam satu kelas ada 20 peserta didik. Kalau ada yang mendapat rangking 1, 2 dan 3, berarti ada 17 lainnya yang tidak mendapat rangking. Apakah kita bepikiran bahwa 17 anak kelak tidak berhasil di kehidupannya ? Apakah kita juga beranggapan, bahwa yang tidak menjadi juara hari ini, akan selalu menjadi pihak yang kalah di esok kemudian ?
Jika demikian, masihkah kita tetap terobsesi anak kita menjadi juara ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar