Kamis, 10 April 2014

Cerita dari Facebook

[Pasca Pilihan]
10 April 2014


DAN tiba-tiba mereka bertutur santun, legowo menerima kekalahan, bahkan tidak merasa gengsi mengucapkan selamat atas keunggulan rival politiknya. Itu usai coblosan pilihan legislatif.

Baguslah kalau begitu. Artinya tidak akan ada lagi energi terbuang untuk acara gontok-gontokan.

Tapi tunggu sebentar ! Sekarang semua pihak pasang wajah manis dan berucap amat sopan, padahal baru kemarin mereka saling hantam, saling sindir dan bertukar pantun - puisi sarkasme. Nah, jadinya aneh bukan ?

Bukan ! Tidak ada yang aneh di jagad perpolitikan. Lengkapnya, tidak ada kawan atau musuh yang abadi, yang ada adalah kepentingan abadi. Kepentingannya siapa ? Ya kepentingan kelompok atau golongannya lah, lebih spesifik lagi, kepentingan para elitnya.

Selanjutnya mereka akan menyampaikan bahwa partai politik mereka membuka diri untuk sebuah kerjasama dengan dasar kesamaan platform. Hello... padahal kemarin-kemarin saat mereka sedang "bertikai", platform mereka juga tidak berbeda !

Owalah... !

Ternyata acara bermanis-manis mukanya adalah sebuah sinyal awal bagi suatu upaya koalisi ! Ada udang dibalik batu. Ada musuh yang akan dirangkul jadi kawan !

Untuk menuju ke babak baru ini tidak akan ada rasa gengsi-gengsian. Yang besar melamar yang kecil, dan yang kecil jual mahal menaikkan nilai tawar. Atau sebaliknya. Dan kita untuk beberapa waktu akan disuguhi berbagai atraksi mencengangkan macam munculnya poros kanan, kuda hitam, blok papan tengah dan istilah-istilah lain yang mengundang selera untuk bergabung.

Sebentar setelahnya, kita akan kembali melihat antar blok saling hantam lagi, saling maki lagi, bertukar puisi sarkasme dan saling membuka aib. Itu akan terjadi menjelang coblosan pilihan presiden.

Kemarin siang si bungsu Nasywa bersitegang dengan keponakan Ma*tini akibat rebutan mainan. Tadi pagi mereka sudah akur, main bersama lagi. Sore ini mereka bertikai lagi, pakai acara menangis segala.

Kok serasa ada persamaan antara polah tingkah politisi dengan anak-anak ya .... !




[Serangan Fajar]
8 April 2014


SERANGAN tidak harus di waktu fajar. Kalau secara taktis lebih efektif dilakukan di tengah hari, maka yang terjadi adalah serangan dhuhur. Selanjutnya akan ada serangan akhir senja yang terdengar lebih romantis atau serangan tengah malam yang cenderung rada horor.

Any way, saling menyerang adalah urusan perang. Ada istilah head to head, itu jika hanya melibatkan dua pihak yang berperang. Nah kalau serangan fajar atau serangan akhir senja ini lain perkara. Tidak ada pihak yang saling berhadapan. Dan jangan sampai pihak-pihak yang “bersenjata” berhadapan. Pamali !

Sasaran dari serangan fajar biasanya tidak berusaha untuk mengelak dan cenderung pasrah. Bahkan ada yang terang-terangan minta diserang. Wajar saja, karena serangan fajar yang tidak berpotensi mematikan ini rasanya manis legit. Tidak ada darah yang mengalir, tidak ada jeritan kesakitan dan tidak ada dampak traumatisnya.

Penasaran, iseng-iseng kutengok senjata yang dipakai untuk kegiatan penyerangan ini. To my surprise, ternyata senjatanya adalah WOW.... ! Wow yang kumaksud bisa berarti beras sembako, angpow, kerudung, mukenah dll. Pantas saja pihak yang terserang tidak berteriak kesakitan. Yang ada malah klepek-klepek keenakan.

Nah, secara aku yang tidak berkepentingan untuk menyerang, maka yang kubisa hanya pencet-pencet angka di kalkulator sambil mereka-reka harga kerudung per lembar. Hasilnya ternyata tidak penting banget untuk kupublikasikan. Acara pencet-pencet kuulangi lagi untuk harga sembako per unit, harga kerudung, payung, sarung dst. Hasilnya sama, tetap tidak akan kupublikasikan. Masalah buat loh ? Hey Arbai ! Orang survey elektabilitas capres dan partai saja dipublikasikan, meski itu jelas pesanan dan abal-abal. Please, rilis dong hasil itung-itungan serangan fajarnya !

Hmm.... boleh. Syaratnya, serang aku dulu dong ! Jangan nunggu fajar, sekarang saja !


Cerita yang lain, klik di sini !

Tidak ada komentar: